KABARSULTRA.ID, KONAWE UTARA – Dalam semarak peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, saya berdiri di barisan Defile Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan Tambang, bukan sebagai oposisi keras seperti yang dulu dikenal, tetapi sebagai rakyat biasa yang membawa semangat persatuan. Banyak yang kaget melihat saya termasuk jajaran pemerintah karena selama ini saya dikenal sebagai aktivis kritis, bahkan pernah merasakan dinginnya jeruji besi selama dua tahun akibat vokal menyuarakan suara rakyat. Tapi di tengah barisan itu, saya menangkap satu hal yang luar biasa, senyuman hangat dari Bupati dan Wakil Bupati Konawe Utara.
Senyuman itu bukan sekadar gestur sopan. Di mata saya, itu adalah sinyal tulus, bahwa di balik perbedaan yang pernah ada, tersisa ruang persaudaraan. Momen itu menyentuh hati saya. Karena hanya pemimpin bijak yang mampu memberikan senyum kepada orang yang dulu bersuara lantang terhadapnya. Saya hormat.
Saya datang hari ini bukan dengan kemarahan, tapi dengan niat membangun. Sejarah panjang saya, termasuk masa dua tahun di balik jeruji besi, telah mengajarkan bahwa perjuangan sejati bukan hanya tentang menentang, tapi tentang menawarkan jalan keluar. Itulah sebabnya saya berdiri hari ini bersama Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan Tambang, bukan untuk menyerang, tapi untuk menyambung.
Konawe Utara adalah tanah kaya, tapi kekayaannya belum sepenuhnya menjadi berkah. Laut yang dulu penuh ikan kini keruh oleh limbah. Hutan yang dulu hijau, gundul tak bertuan. UMKM, kontraktor lokal, dan pekerja lokal hanya bisa berdiri di pinggir, menyaksikan orang luar menuai keuntungan. Apakah kita akan terus diam?.
Koalisi hadir bukan untuk menggugat pemerintah, tetapi untuk menawarkan kemitraan berkeadilan. Kami mengajak Bupati dan Wakil Bupati untuk bersama kami menegakkan amanat Pasal 124 UU No. 3 Tahun 2020 dan Pasal 151 UU No. 2 Tahun 2025. Hukum sudah jelas: perusahaan tambang wajib bermitra dengan pengusaha dan tenaga kerja lokal. Koalisi siap menjadi jembatan antara rakyat dan pemerintah dalam memastikan hal itu.
Saya tetap Hendrik yang dulu, yang bersuara untuk rakyat. Tapi hari ini saya ingin suara itu masuk ke ruang rapat, bukan sekadar bergema di jalanan. Karena saya percaya, pemimpin yang kuat bukan yang takut dikritik, tapi yang mau mendengarkan dan memperbaiki. Dan saya percaya, Bupati dan Wakil Bupati kita memiliki jiwa besar untuk itu.
Saya ucapkan terima kasih dan penghormatan kepada Bupati dan Wakil Bupati atas ruang terbuka yang diberikan hari ini. Momen tadi bukan hal kecil, ketika dua mata saling pandang dan tersenyum, itu bisa lebih berarti daripada seribu kata pidato. Mari kita jadikan senyuman itu sebagai awal dari dialog baru, dari kemitraan baru untuk rakyat Konawe Utara.
Kepada masyarakat, saya ingin sampaikan, perjuangan belum selesai. Tapi kita tidak boleh letih, apalagi mundur. Yang hadir hari ini dalam defile mungkin baru sebagian, tapi merekalah bara pertama. Dan saya yakin, jika pemerintah dan rakyat bisa duduk setara, maka perubahan besar akan dimulai.
Koalisi bukan ancaman. Kami adalah suara rakyat yang ingin didengar, bukan diteriakkan. Kami percaya pada kekuatan dialog. Kami percaya, Bupati dan Wakil Bupati adalah pemimpin yang mengerti bahwa keadilan bukan sekadar cita-cita, tapi kewajiban. Dan kami siap berjalan bersama.
Hidup Rakyat! Hidup Konawe Utara! Hidup Koalisi! Merdeka! 🇮🇩