KABARSULTRA.ID, KONAWE UTARA – Pelaksana harian (Plh) Sekretaris Konsorsium Pengusaha Tambang Nikel (Koptan) Konawe Utara (Konut), Hendrik Nilopo, mengatakan bahwa Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Konut bersikap apatis dan tidak mempunyai nurani terhadap problematika yang terjadi.
“BPC Hipmi Konawe Utara tidak peduli terhadap tuntutan rakyat, dan juga tidak jelas keberadaannya dan kepengurusannya. Padahal Hipmi Konut merupakan mitra pemerintah,” ujarnya.
Dijelaskan, saat ini terjadi gejolak sosial yang sangat besar dari masyarakat Konut, mulai dari aksi demonstrasi meminta pemberdayaan, penyegelan, pengusiran PT Antam oleh masyarakat, hingga meningkatnya kriminalitas akibat banyaknya pencuri BBM di wilayah lingkar tambang.
Permasalahan ini kata dia, dikarenakan penghentian aktivitas penambangan oleh PT Antam Tbk UBPN Konut yang mengakibatkan para pengusaha lokal bangkrut dan rugi besar, ratusan tenaga kerja lokal (TKL) kehilangan pekerjaan, puluhan pelaku UMKM bidang jasa makanan kehilangan usahanya.
“Dampak dari masalah tersebut, putusnya rantai ekonomi masyarakat di lingkar tambang Kabupaten Konut,” katanya.
Menurut Hendrik Nilopo, Hipmi sebagai lembaga yang terkoneksi langsung dengan pemerintah pusat, mestinya hadir menjadi wadah dan penggerak untuk menjembatani pengusaha-pengusaha muda lokal Konut.
Hal tersebut agar pengusaha lokal mendapatkan ruang pemberdayaan yang sebesar-besarnya di wilayah Konut agar mereka tetap hidup dan dapat terus berkarya, mengembangkan usahanya menjadi pengusaha produktif, sesuai dengan motto HIPMI yaitu “Pengusaha Pejuang-Pejuang Pengusaha”.
Maknanya bahwa kader-kader Hipmi tidak saja diharapkan menjadi pengusaha nasional yang tangguh, tetapi juga berwawasan kebangsaan dan memiliki kepedulian terhadap tuntutan nurani rakyat.
Semua ini menjadi penting agar tercapai tujuan mendorong jiwa kewirausahaan, membina, mengembangkan, dan memajukan pengusaha muda Indonesia, Namun Mirisnya Hipmi Konut apatis terhadap problematika pengusaha lokal.
“Sangat disayangkan lembaga yang seharusnya mengawal dan menyalurkan aspirasi masyarakat Konut ke pusat, malah memilih diam tanpa alasan, sehingga melahirkan asumsi negatif bahwa Hipmi Konut hanya dijadikan wadah memenuhi kepentingan perorangan,” lanjutnya.
Hipmi kata dia, harus memberi kontribusi besar dalam mendorong pembangunan ekonomi masyarakat untuk merevitalisasi lembaga di Konut.
Revitalisasi tersebut karena Hipmi khususnya di Konut berdiri dengan tujuan mengembangkan para generasi muda untuk berusaha dan menjadi pengusaha lokal agar mendapat ruang pemberdayaan yang seluas-luasnya.
Hendrik pun mempertanyakan tentang siapa pengurus, kapan dibentuknya, dan dimana keberadaan Hipmi Konut ini. Sebab selama ini dirinya tidak pernah mendengar adanya aktivitas organisasi tersebut.
“Apakah Hipmi Konut dibentuk secara diam-diam, tanpa mengikutsertakan pengusaha-pengusaha muda Konut, atau hanya berlaku bagi orang-orang tertentu untuk kepentingan tertentu,” katanya.
Bahkan yang lebih mirisnya, menurut informasi yang diterima, Ketua Hipmi Konut bukan berasal dari luar daerah tapi menjabat ketua di Bumi Oheo.
Olehnya itu, Hendrik menegaskan dalam waktu dekat ini akan melakukan aksi demonstrasi ke Jakarta untuk bertemu dengan Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi Indonesia yang juga merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, untuk membahas pemberdayaan oeyngusaha lokal Konut.
Hendrik juga mengungkapkan, pihaknya bakal mendesak Bahlil Lahadalia yang juga mantan Ketua Hipmi untuk merestorasi kepengurusan agar Hipmi Konut dinahkodai oleh putra daerah yang lebih peka terhadap problematika pengusaha di daerah.
“Ketua Hipmi Konut harus putra daerah yang dapat menjembatani pengusaha lokal ke pusat agar mendapat pemberdayaan di daerah dan menjadi wadah pengusaha lokal yang memberi asas manfaat terhadap para pengusaha muda Kobut,” tutupnya. (Red)