KABARSULTRA.ID, KONAWE UTARA – Diberitakan sebelumnya, beberapa oknum TNI menghentikan aktivitas sembilan jeti di Kabupaten Konawe Utara (Konut), pada Sabtu (20/5/2023).
Salah satu jeti atau terminal khusus (Tersus) yang dihentikan oleh sederet oknum TNI tersebut yakni milik PT Bososi.
Humas PT Bososi, Sudirman, kepada awak media, Minggu (21/5/2023), menjelaskan bahwa pada hari Sabtu kemarin, dirinya dikejutkan dengan kedatangan satu unit kapal tongkang nomor DBS 3708 di Tersus Bososi.
Kapal tersebut sandar tanpa konfirmasi atau izin dari pihak PT Bososi. Menurut Sudirman, kapal tersebut diduga datang untuk mengambil ore nikel yang telah ditinggalkan oleh para kontraktor sebelumnya, dengan jumlah kurang lebih 100 metrik ton.
Oknum TNI ini terdiri dari polisi militer,, Intel, dan anggota berseragam loreng lainnya. Mereka mengaku diperintahkan langsung oleh Danrem 143 HO.
Pihak TNI kemudian meminta bertemu dengan pimpinan Bososi, tetapi permintaan mereka ditolak karena tidak ada konfirmasi atau izin yang diberikan oleh manajemen di Jakarta.
“Namun, pihak TNI memaksa untuk bertemu dan saya turun untuk melakukan pertemuan dengan harapan dapat menghentikan tindakan yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut,” ungkapnya.
Anggota TNI menyatakan bahwa penghentian aktivitas itu akan tetap dilanjutkan tanpa memedulikan siapapun yang menghalangi, kecuali ada perintah langsung dari Danrem.
“Kami turun untuk meminta agar kami dapat melanjutkan aktivitas kami dan menghentikan tindakan yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut. Namun, kami dihadapkan pada penolakan dan tidak diizinkan melakukan aktivitas oleh oknum TNI tersebut,” bebernya.
Atas tindakan tersebut, pihak PT Bososi menganggap tindakan ini sebagai penyalahgunaan wewenang oleh Danrem 143 Haluoleo Kendari, dengan menggunakan aparaturnya untuk melakukan intimidasi terhadap pihak Bososi dan tim pengamanan.
Selain itu, mereka juga melakukan pengambilan paksa atau pencurian ore nikel yang sebenarnya merupakan milik PT Bososi, berdasarkan MoU dengan kontraktor sebelumnya.
Situasi ini sudah sangat meresahkan, dirinya berharap pihak yang berwenang dapat menginvestigasi dan menindaklanjuti masalah ini sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sudirman berharap, keamanan dan integritas perusahaan Bososi dapat dipulihkan serta aktivitas kami dapat berjalan tanpa gangguan yang tidak sah.
“Kami akan terus memantau perkembangan situasi ini dan bekerja sama dengan otoritas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan,” pungkasnya.
Sementara itu, Plh Kapenrem 143/Halu Oleo (HO), Lettu Inf Rusmin Ismail, memberikan klarifikasi terkait penghentian sementara operasi sejumlah Jetty di Konut oleh oknum yang mengaku sebagai anggota TNI.
Lettu Inf Rusmin Ismail, menyampaikan bahwa pernyataan tersebut adalah benar adanya. Namun ia menegaskan bahwa tidak ada penutupan Jetty yang dilakukan oleh aparat TNI di Marombo.
Langkah yang diambil oleh TNI hanyalah turun ke lokasi pertambangan untuk mencari oknum-oknum yang selama ini mengatasnamakan Danrem 143 Haluoleo, dalam setiap aktivitas pertambangan di Konut.
Kata dia, TNI dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada penutupan atau penghentian aktivitas di sembilan Jetty tersebut. Aktivitas pengapalan di Jetty tersebut tetap berlangsung seperti biasa.
“TNI akan terus melaksanakan pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambangan di Konawe Utara, dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua kegiatan berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak melibatkan oknum yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
Rusmin Ismail mengimbau kepada seluruh pihak yang terlibat dalam industri pertambangan di Konut, untuk bekerjasama dengan aparat TNI dalam menjaga keamanan dan ketertiban, serta memastikan keberlanjutan operasional yang terkendali. (Red)